Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin
Mas’ud radhiallahu’anhu berkata : beliau diberitahukan Rasulullah sallallahu’alaihi
wasallam dan Beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : “ Sesungguhnya
salah satu diantara kamu dikumpulkan di perut ibunya empat puluh hari berupa
mani, kemudian berupa segumpal darah selama itu, dan berupa sekerat daging
selama itu juga. Kemudian diutus malaikat dan meniupkan ruh kepadanya dan
diperintahkan empat hal : menulis rezekinya, ajalnya, amalannya, sengsara atau
bahagia. Demi Allah yang tiada ilah ( tuhan ) selain Dia. Sesungguhnya salah
satu diantara kamu beramal amalan ahli syurga sampai antara dia dengan syurga
tinggal sejengkal. Kemudian didahului ketentuan sehingga dia beramal dengan
amalan ahli neraka dan masuklah ia ke dalam neraka. Dan salah satu diantara
kamu melakukan amalan ahli neraka sampai antara dia dan neraka tinggal sejengkal,
kemudian didahului ketetapan, sehingga dia melakukan amalan ahli surga sehingga
dia masuk ke dalam syurga
Qadariah
Penamaan aliran Qadariyah didasarkan pada pandangan kelompok ini yang percaya akan tidak adanya intervensi Tuhan terhadap perbuatan manusia. Kata Qadara berasal dari bahasa Arab, artinya kemampuan, kekuatan, memutuskan. Dalam bahasa Inggris, sering disebut dengan istilah free will atau free act (kebebasan berkehendak dan kebebasan berbuat).
Manusia memiliki qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Mereka adalah golongan yang menyatakan perbuatan itu daripada hamba bukannya daripada Allah.
Fahaman
ini muncul apabila mereka menyeleweng hadis Nabi Muhammad yang berpesan supaya
jangan terlalu banyak membicarakan mengenai qada’ dan qadar sehingga
dipengaruhi oleh syaitan.
Kemunculan
Secara pasti, tidak dapat diketahui secara tepat aliran kemunculan Qadariyah dan ia menjadi perdebatan di kalangan ahli sejarah. Pendapat yang terkenal, mengatakan bahawa fahaman ini pertama kali muncul pada akhir zaman Sahabat sekitar tahun 70 H/689 M, oleh Ma’bad al-Juhani (w. 80 H/699 M) dan Ghailan ad-Dimasyqi (w. 105 H/722 M) Ma’bad al-Juhani adalah seorang tabi’i yang dipercayai dan pernah berguru dengan Hasan al-Basri. Ghailan ad-Dimasyqi berasal dari Damaskus.
Faham Qadariyah dikatakan berasal dari orang Iraq bernama Susan yang beragama Kristian, kemudian memeluk agama Islam, dan kembali lagi ke Kristian. Dari Susan inilah Ma’bad dan Ghailan mengambil faham tersebut. Susan adalah penganut fasafah Nasrani Mazhab Nestorian yang mendirikan sekolah filsafat di Gundisapur, dan berdekatan dengan Basrah. Mazhab Nestorian ini mengadoptasi fasafah Yunani aliran Epikureanisme (Abiquriyyun), dengan konsepnya : kerana perbuatan-perbuatan kita adalah bebas, dan kepada merekalah (perbuatan-perbuatan tersebut) disabitkan pujian dan celaan.
Terdapat
dua pendapat tentang penamaan aliran Qadariyah;
1.
pendapat yang menyandarkan kepada orang-orang yang berpendapat bahwa manusia
adalah pencipta dan memiliki kekuatan mutlak terhadap apa yang akan
diperbuatnya, tanpa intervensi apapun dari Tuhan.
2.
adalah orang-orang yang berkeyakinan bahawa qudrah manusia bukan pada
penciptaan perbuatan tetapi pada pemilihan dan pelaksanaan perbuatan tersebut.
Ada
dua sebab utama yang dapat dikategorikan menjadi sebab munculnya faham dan
aliran Qadariyah yaitu :
1. Masyarakat Arab yang cenderung fatalis,
kehidupan yang serba sulit, faktor alam yang tidak mendukung untuk lepas dari
faham tersebut.
2. Secara politik, pemerintah yang berkuasa
ketika itu, Bani Umayyah, menganut dan menekankan faham fatalis, serta
menjadikannya legitimasi kekuasaan yang dipegang. Hadirnya Qadariyah dianggap
sebagai berlawanan dgn kerajaan Muawiyyah
Seiring perjalanan penyebaran faham
ini, Ma’bad al-Juhani terlibat dalam gerakan politik menentang pemerintahan
Umayyah. Beliau memihak kepada ‘Abdurrahman ibn al-Asy’as, Gubernur Sajistan
wilayah kekuasann Bani Umayyah. Dan
pada satu pertempuran, Ma’bad al-Juhani terbunuh pada tahun 80H. Ghailan ad-Dimasyqi menjadi penerus aliran
Qadariyah stlh terbunuhnya Ma’bad al-Juhani. Faham ini tersebar luas ke wilayah
Damaskus, namun mendapat larangan dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Setelah Umar bin Abdul Aziz wafat,
penyebaran faham ini dapat berlangsung lama, tapi Ghailan dihukum mati oleh
Khalifah Hisyam bin Malik (724-743 M). Ada dialog singkat sebelum dia dibunuh :
“Manusia
berkuasa atas perbuatan-perbuatannya, manusia sendirilah yang melakukan
perbuatan-perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaannya sendiri. Dan manusia
sendiri yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atas kemauan dan
dayanya sendiri”
Takdir difahami sebagai ketentuan Allah yang diciptakannya bagi alam semesta beserta seluruh isinya sejak azali. Seseorang diberi ganjaran baik dengan balasan surga kelak di akhirat. Dan seseorang akan diberi ganjaran seksa di neraka.
Semua ini atas pilihan manusia sendiri,
bukan pilihan akhir Tuhan. Tidaklah pantas manusia menerima siksaan atas
tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri.
Kemudian,
dengan potensi yang diberikan Tuhan, manusia dapat mengembangkan sunnatullah
yang ada.
Contoh;
manusia yang ditakdirkan tidak dapat mengangkat beban seperti kekuatan gajah.
Tapi potensi yang ada, manusia dapat berfikir mengangkat dengan menggunakan
alat.
Kreativiti/kemampuan
manusia inilah yang menjadi asas keyakinan aliran ini. sejauh mana kebebasan
yang dimiliki manusia? Siapa yang membatasi daya imajinasi manusia? Dimana
batas akhir kreatifitas manusia?
Qadariyah
disandarkan kepada orang-orang yang meyakini adanya sunnatullah sebagai
alternative-alternatif pilihan yang diciptakan Tuhan dan manusia mempunyai
kebebasan untuk memilih dan menentukan perbuatan tersebut.
Dan
kerana inilah manusia ditentukan baik dan buruk atas pilihan mereka sendiri dan
bukan dengan campurtangan Allah swt.Semua ini atas pilihan manusia sendiri,
bukan pilihan akhir Tuhan. Tidaklah pantas manusia menerima siksaan atas
tindakan salah yang dilakukan bukan atas
keinginan dan kemampuannya sendiri.
Tokoh
ma'af, ,
ReplyDeleteada resensinya nggak ..???