Tuesday, March 8, 2011

Aqidah Islam: Persoalan Tertinggi dalam Hidup

إنَّا كنَّا أَذَلَّ قَوْمٍ، فَأَعَزَّنَا اللهُ بِاِلإسْلَامِ، فَمَهْمَا نَطْلُبُ الْعِزَّ بِغَيْرِ مَا أَعَزَّنَا اللهُ أَذَلَّنَا اللهُ

Kami dulunya adalah kaum yang paling hina. Lalu Allah memuliakan kami dengan Islam. Kerana itu, jika kami mencari kemuliaan selain dari apa yang dengannya Allah telah muliakan kami maka Ia pasti menghinakan kami (HR al-Hakim; ia mensahihkannya dan disepakati oleh ad-Dzahabi).

Berbeza halnya dengan umat Islam saat ini. Meski akidah Islam tetap ada pada diri mereka, mereka masih mengalami kemunduran dalam berbagai bidang kehidupan. Padahal mereka sesungguhnya adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia (lihat QS Ali Imran [3]: 110).

Salah satu penyebabnya adalah akidah Islam yang saat ini mereka anut tidak lagi difungsikan sebagaimana mestinya. Hal tersebut setidaknya terlihat pada tiga hal. Pertama: hilangnya ikatan akidah dengan pemikiran dan sistem Islam sehingga akidah tersebut tidak produktif. Kedua: hilangnya hubungan antara akidah dengan Hari Kiamat. Akibatnya, umat tidak berupaya agar kehidupan mereka diarahkan untuk menggapai indahnya kehidupan syurga dan menjauhi pedihnya azab neraka dengan berlomba-lomba meraih redha Allah SWT. Ketiga: akidah Islam juga tidak lagi dijadikan sebagai pengikat ukhuwah di kalangan umat Islam sehingga mereka terpecah-belah dalam berbagai bangsa dan negara.

Lalu bagaimana caranya menjadikan umat Islam kembali bangkit dengan akidah Islam yang mereka anut?

Pertanyaan tersebut dapat ditemukan jawabannya dalam Kitab Nizhâm al-Islâm bab “Tharîq al-imân” karya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah, yang akan ditelaah lebih lanjut dalam tulisan ini.

Asas Kebangkitan

Bab “Tharîq al-Imân” dalam buku ini bermaksud menjelaskan bagaimana membangkitkan umat Islam dari kemudurannya dengan cara yang benar.

Kebangkitan yang hakiki menurut Syaikh An-Nabhani bukanlah berupa kemajuan dalam bidang ekonomi, teknologi, pendidikan, akhlak ataupun ketenteraan; namun pada peningkatan taraf berpikir. Pemikiran menjadi hal utama kerana ia yang menentukan baik-buruknya tingkah laku seseorang atau umat dalam menjalani kehidupannya. Selain itu, kemajuan dalam bidang-bidang di atas dapat dengan mudah diperoleh jika telah terjadi peningkatan taraf berpikir pada diri mereka.

Namun demikian, peningkatan taraf berpikir yang dimaksud bukan sekadar kerana adanya perubahan dan peningkatan apa yang difikirkan, misalnya dari sekadar memikirkan diri sendiri lalu meningkat dengan memikirkan keluarga atau umat manusia. Selama peningkatan taraf berfikir tersebut tidak dibangun oleh satu pandangan hidup tertentu maka perubahan yang dihasilkan tidak akan berkekalan kerana mudah berubah, tidak mampu memberikan ketenangan hidup serta tidak dapat memecahkan berbagai persoalan hidup manusia. Dengan demikian, orang tersebut tidak akan pernah bangkit.

Lalu pemikiran apa yang dapat membangkitkan manusia? An-Nabhani menjelaskan bahawa pemikiran tersebut adalah akidah, yakni pemikiran yang menyeluruh tentang:

a) Manusia, alam semesta dan kehidupan; apakah ketiganya diciptakan atau tidak.

b) Sebelum kehidupan; apakah ada pencipta atau tidak.

c) Setelah kehidupan; apakah ada Hari Kiamat atau tidak.

d) Hubungan manusia, alam dan kehidupan dengan sebelum dan setelah kehidupan; jika memang ada pencipta, bagaimana hubungannya dengan manusia di dunia; jika ada Hari kemudian, bagaimana hubungannya dengan kehidupan manusia di alam ini.

Dengan cakupan pemikiran yang mendasar (asâsiyyah) dan menyeluruh (syumûliyyah) tersebut, maka akan dapat dibangun di atasnya berbagai pemikiran cabang, yakni pemikiran dapat memberikan jawapan atas segala persoalan hidup manusia sehingga manusia dapat mengalami kemajuan dan kebangkitan.

Meski demikian, pemikiran yang menyeluruh tersebut belum menjamin bahawa kebangkitan yang dihasilkan adalah kebangkitan yang benar. Oleh kerana itu, pemikiran tersebut harus memenuhi dua kriteria. Pertama: harus sesuai dengan akal sehingga seseorang merasa puas dengan hujah (dalil) yang menjadi dasar pemikiran tersebut. Kedua: sesuai dengan fitrah manusia, yakni harus dapat memenuhi naluri beragama (gharîzah at-tadayyun) pada diri manusia, yakni adanya sifat lemah dan terbatas pada dirinya sehingga ia memerlukan pelindung dan pengatur. Dengan demikian maka pemikiran tersebut mampu memberikan ketenangan pada dirinya.

Agar pemikiran di atas dapat memuaskan akal dan memenuhi naluri beragama pada diri manusia maka untuk mencapainya harus ditempuh dengan proses berpikir secara jernih (al-fikr al-mustanîr). Proses berfikir yang jernih adalah proses berfikir yang mendalam (‘amîq) tentang suatu objek di atas, dikaitkan dengan apa yang ada di sekitarnya, dan yang berhubungan dengannya untuk mencapai hasil yang benar. Pentingnya proses berfikir jernih tersebut kerana pemikiran yang akan diperoleh tersebut akan menjadi asas kehidupan dan pandangan hidup sehingga ia memustahilkan adanya kesalahan sekecil apapun. Kesalahan hanya mungkin terjadi pada pemikiran cabang yang berasal dari asas tersebut.

Dalil Akidah

Kerana objek akidah di atas berkaitan dengan penetapan (itsbât) tentang hakikat sesuatu secara pasti maka ia pun harus dilandasi oleh dalil yang menyakinkan (qath’i) sehingga apa yang diyakini tersebut memang sesuai dengan realiti. Oleh kerana itu, akidah yang juga diistilahkan dengan iman didefinisikan sebagai at-tashdîq al-jâzim al-muthâbiq li al-wâqi’ (pembenaran secara pasti yang sesuai dengan realiti dan didasarkan pada dalil).

Syaikh an-Nabhani kemudian menjelaskan bagaimana akidah Islam dibuktikan dengan proses berfikir yang jernih dengan mengetengahkan dalil yang meyakinkan (qath’i). Pemikiran tentang alam, manusia dan kehidupan akan menghasilkan jawapan bahwa ketiganya terbatas dan lemah. Segala sesuatu yang lemah pasti memerlukan yang lain. Jika demikian maka ia pasti diciptakan. Dengan hujah demikian maka manusia pasti akan sampai pada kesimpulan akan adanya pencipta sekaligus pengatur ketiga hal tersebut. Dengan kata lain, ia telah sampai pada pemikiran tentang sebelum kehidupan dunia bahwa ketiganya diciptakan oleh Al-Khâliq.

Di dalam kitab Syakhsiyyah Islamiyyah I dan Naqd al-Isytirâkiyyah al-Marksiyyah dihuraikan lebih jauh mengenai dalil tentang kepastian adanya pencipta dan bantahan terhadap pandangan pihak-pihak yang menafikannya. Metod pembuktian seperti ini sejalan dengan metod al-Quran dalam menuntun manusia mengimani Allah SWT dengan cara mengajak mereka memikirkan hal-hal yang dapat diindera manusia di alam ini.

Syaikh An-Nabhani kemudian menjelaskan bahawa manusia hanya dapat berfikir pada hal-hal yang berada dalam jangkauan inderawinya. Dengan demikian, nama, zat dan sifat pencipta dan pengatur tersebut mustahil dapat diketahui oleh akal. Jika dipaksakan maka hanya akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang spekulatif sehingga tidak dapat diyakini kebenarannya. Padahal Islam mewajibkan akidah diyakini secara penuh dan tidak boleh ada keraguan sedikit pun. Selain itu, terdapat sejumlah nash yang mengharamkan untuk meyakini hal-hal yang bersifat spekulatif.

Di sinilah pentingnya pemahaman yang benar terhadap hakikat akal sehingga ia dapat ia difungsikan dengan tepat. Kekeliruan dalam memahami hakikat akal akan berakibat fatal dalam memahami dan meyakini persoalan yang berkenaan dengan akidah sebagaimana yang menimpa para mutakallimin. Kekeliruan tersebut bukan hanya telah menjadikan pembahasan akidah menjadi berjele-jele dan sulit, namun juga telah memberikan dampak yang serius bagi kemunduran umat Islam.

Untuk meyakini hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh akal maka diperlukan sumber lain yang dapat menjelaskan hal tersebut. Namun demikian, sumber tersebut tentu harus diyakini kebenarannya oleh akal manusia agar penjelasannya dapat diyakini. Untuk itulah diutus seorang rasul yang dibekali mukjizat sehingga setiap orang yang menyaksikan mukjizat tersebut dengan proses berfikir yang jernih yakin bahawa ia adalah utusan sang pencipta. Kehadiran seorang rasul juga merupakan cara untuk memenuhi naluri pada manusia untuk beribadah kepada pencipta tersebut dan adanya aturan yang mengatur dirinya yang penuh dengan kelemahan dan keterbatasan.

Di dalam Islam, rasul yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw dan mukjizatnya adalah al-Quran. Al-Quran juga berfungsi sebagai petunjuk kepada umat manusia tentang bagaimana menjalani kehidupan ini sesuai dengan aturan Penciptanya, Allah SWT. Penetapan bahwa al-Quran berasal dari Allah juga dengan menggunakan akal kerana terbukti tidak seorang pun yang dapat menandingi kehebatan gaya bahasanya baik oleh orang Arab hatta Nabi Muhammad saw. sekalipun.

Setelah terbentuk keyakinan terhadap al-Quran maka secara automatik seluruh isi kandungannya akan diyakini; seperti keimanan terhadap para nabi dan rasul sebelum Muhammad saw beserta kitab suci mereka, keimanan kepada Malaikat, dan keimanan pada kehidupan setelah dunia ini, yakni Hari Kiamat. Dengan demikian, terjawab sudah pemikiran tentang kehidupan setelah dunia, yakni akhirat, dan hubungannya dengan kehidupan manusia di dunia, iaitu bahawa manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan di dunia ini apakah sesuai dengan aturan Allah SWT atau tidak. Bagi yang taat diganjarkan syurga, sementara yang ingkar akan dibalas dengan siksa neraka.

Output

Kerana sifatnya yang mendasar dan menyeluruh serta diperoleh dengan proses berfikir yang jernih sehingga memberikan pembenaran yang pasti, maka akidah Islam merupakan landasan yang sangat kuat yang menghasilkan berbagai pemikiran cabang dalam seluruh kehidupan manusia. Dengan kata lain, akidah Islam merupakan landasan ideologi yang didefinisikan sebagai akidah yang diperoleh melalui proses berfikir yang melahirkan sistem kehidupan.

Dengan sifat tersebut, seseorang yang meyakini akidah Islam akan tunduk pada seluruh hukum-hukum yang bersumber dari akidah tersebut, yakni syariah Islam secara menyeluruh tanpa membezakan antara satu dengan yang lain seperti antara solat dan Khilafah, zakat dan jihad fi sabilillah, thaharah dan qishâsh, dll.

Seseorang yang meyakini akidah Islam yang benar akan menjadikan akidah tersebut sebagai dasar bagi seluruh pemikiran (’aqliyyah) dan kejiwaan (nafsiyyah)-nya. Ia pun akan berupaya untuk menerapkan seluruh hukum-hukum yang terpancar dari akidahnya dalam sebuah negara kerana metod kebangkitan hanya dapat diraih dengan menerapkan suatu pemerintahan yang berdasarkan akidah. Inilah yang terjadi pada bangsa Arab yang bangkit dengan Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw yang kemudian diterapkan pada suatu negara. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada Eropha dan Uni Soviet yang masing-masing bangkit dengan idea sekularisme dan materialisme yang diterapkan dalam pemerintahan—meski dua yang terakhir tidak menghasilkan kebangkitan yang benar, kerana akidah yang dijadikan asas adalah akidah yang salah. Namun yang pasti, hal tersebut menjadi bukti bahawa adanya akidah semata belum cukup untuk melahirkan kebangkitan tanpa adanya negara. Wallâhu a’lam bis shawâ

Friday, March 4, 2011

Pengenalan Penilaian,Pengukuran,Pengujian dan Pentaksiran




Pengenalan

Penilaian memainkan peranan penting dalam kurikulum pendidikan dan sebahagian dari kurikulum itu sendiri. Penilaian dilakukan untuk menilai samada sesuatu objektif yang ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dalam pengajaran dan pembelajaran, penilaian dilakukan bagi mengetahui sama ada guru ‘mengajar’ dan pelajar ‘belajar’. Oleh itu pemahaman terhadap konsep pengujian,penilaian, pengukuran dan pentaksiran sangat penting bagi seseorang guru untuk memastikan pengajaran dan penilaiannya bermutu dan adil
Jika sesuatu perkara itu wujud, ia wujud pada jumlah tertentu. Jika ia wujud pada jumlah tertentu, maka kita boleh mengukurnya
Penilaian
Penilaian ialah satu proses yang sistematik untuk mengumpul dan menganalisis data bagi menentukan sama ada sesuatu objektif yang telah ditetapkan itu telah tercapai (Gay 1985). Menurut Stufflebeam (1971):Penilaian adalah proses mengenalpasti, memperoleh dan menyediakan maklumat berguna bagi keputusan mempertimbangkan pilihan-pilihan yang ada pada kita.
Pengertian Konsep :
Satu proses sistematik untuk menentukan sejauh mana objektif pengajaran telah dicapai oleh para pelajar. Suatu proses mentaksir sama ada kuantiti sesuatu yang diukur itu boleh diterima atau tidak. Melibatkan pengenalpastian, pemerolehan dan pentafsiran maklumat yang berguna bagi pertimbangan pilihan-pilihan keputusan berasaskan kepada sesuatu objektif pendidikan.
Melibatkan tiga proses utama iaitu:
1. Menentukan ukuran
2. Menganalisis ukuran
3. Menyatakan nilai/ menginterpretasi ukuran.
Maklumat/data untuk penilaian adalah berbentuk
  1. Kualitatif sahaja :
- gred (A,B,C.D)
- dinyatakan dalam nilai cemerlang, kepujian, lulus atau gagal
  1. Kuantitatif sahaja :
- Hafizah dapat melukis gambar sebuah kereta dengan cepat,tepat dan bersih
Kategori Penilaian:
-Penilaian Kendiri:
bertujuan menentukan sama ada diri inidvidu yang menilai itu sendiri sama ada memahami apa yang dipelajari atau sudah bersedia untuk menduduki ujian atau peperiksaan.
-Penilaian Guru
bertujuan menentukan sama ada setiap pelajar memahami apa yang diajarnya dan juga menilai keberkesanan pengajarannya
-Penilaian Piawai
bertujuan menentukan percapaian seseorang pelajar berbanding dengan pencapaian pelajar-pelajar, dan seterusnya menentukan sama ada pelajar tersebut dapat melanjutkan pelajaran dalam bidang-bidang tertentu.
Hasil penilaian piawai juga diguna untuk menentukan sijil/ pangkat sijil yang bakal diberikan kepada seseorang pelajar
Contoh Penilaian
1.Menilai pencapaian objektif P & P
2.Menilai pencapaian matlamat menguasai kemahiran 3M di kalangan murid sekolah rendah.
3.Menilai kejayaan program SenamTari anjuran Kementerian Kebudayaan
PENGUJIAN
Pengujian dalam bilik darjah- proses penyerahan set soalan yang piawai yang perlu dijawab, atau satu set instrumen bersama satu prosedur yang sistematik bagi mengukur sampel tingkah laku atau perubahan seseorang individu atau pelajar. Dalam erti kata lain, pengujian ini merupakan alat pengukuran yang digunakan untuk mendapatkan maklumat tentang pencapaian pelajar-pelajar daripada pelbagai bidang kognitif, psikomotor ataupun efektif Dalam konteks pembelajaran dalam bilik darjah - pengujian digunakan untuk mengukur perubahan tingkah laku yang mempunyai kaitan dengan aktiviti pembelajaran para pelajar.
Croanbach (1970)
“Ujian adalah satu prosedur yang sistematik
untuk memerhati perlakuan atau tingkah laku seseorang individu dan menjelaskannya dengan bantuan skala bernombor, atau satu sistem yang berkategori
Contoh
skala bernombor :
  1. 30/100 untuk ujian penglihatan,
  2. 100/200 untuk ujian kecerdasan ( IQ test)
  3. 80/100 bagi ujian pencapaian bagi sesuatu mata pelajaran seperti Sains.
sistem berkategori:
  1. “ekstrovert” atau “introvert” bagi ujian personaliti
  2. “ rabun warna” bagi ujian penglihatan.”
Muilagros(1981)
Ujian adalah satu cara untuk mendapatkan contohan perlakuan yang diperlihatkan oleh murid dalam keadaan yang dikawal atau ditentukan.
Maklumat yang diperoleh daripadanya akan dijadikan dasar untuk membuat penilaian atau pengadilan
Pelaksanaan pengujian terbahagi kepada dua kumpulan:
  1. Ujian berbahasa:
Contoh :-
ujian pensel - kertas set ujian lisan
  1. Ujian bukan berbahasa
contoh :-
ujian prestasi - ujian kemahiran psikomotor
- ujian membaiki radas elektronik.
Peringkat proses pengujian
-Persediaan
-Pelaksanaan pentadbiran ujian
-Pemeriksaan skrip jawapan
Pengukuran:
Suatu proses untuk mendapatkan penjelasan secara numerik. Tentang sebanyak mana individu atau pelajar mempunyai suatu ciri yang diukur dengan menggunakan alat tertentu . Untuk menentukan sejauh mana seseorang individu memiliki prestasi/ciri-ciri tertentu
Contoh:
Ramli mendapat 60 peratus dalam ujian Matematik. Prestasi Ramli tidak dinyatakan sama ada baik atau sebaliknya. Dalam hal ini, pencapaian matematik hanya diukur tanpa memberikan nilai kepada ukuran yang diperoleh. Justeru, pengukuran hanya menentukan tahap prestasi/ ciri tertentu sesorang individu atau pelajar mengikut alat yang digunakan.
Kemahiran melukis seseorang pelajar boleh diukur melalui pemerhatian/ pencerapan, sementara pengetahuan dan sikapnya boleh diukur melalui temubual.
Ciri pengukuran:
  1. Tidak bersifat mutlak, kecuali pada pengukuran yang menggunakan skala nisbah.
Contoh,
Pengukuran keupayaan mental seseorang sudah tentu lebih sukar diukur secara tepat berbanding ketinggian fizikalnya. Ketinggian fizikal seseorang boleh diukur secara tepat dengan menggunakan alat ukur yang tepat sepeti penggunaan pembaris. Seseorang pelajar yang mendapat skor 90 tidak boleh dianggap mengetahui dua kali ganda daripada pelajar yang mendapat skor 45, walaupun 90 itu adalah dua kali ganda 45
Ciri pengukuran:
Seseorang yang mendapat skor sifar juga tidak boleh dianggap sebagai tidak mempelajari atau mengetahui tentang sesuatu pelajaran yang diajar guru. Ukuran aspek-aspek berkenaan bukanlah petunjuk yang tepat sebagaimana ukuran ketinggian fizikal pelajar menggunakan pembaris. Maka ia tidak bersifat mutlak.
Dua jenis pemboleh ubah asas pengukuran:
  1. jenis kuantitatif : 20 %, 50% dan 80%
  2. jenis kategori. : motivasi rendah, motivasi sederhana dan motivasi tinggi.
Kedua-dua jenis pembolehubah ini boleh ditentukan aras ukurannya dengan menggunakan menggunakan empat jenis skala iaitu:
  1. Skala Nominal
  2. Skala Ordinal
  3. Skala Interval
  4. Skala Nisbah
Skala Nominal
Objek dikategorikan mengikut tanda/kumpulan yang “mutual eksklusif”, di mana tidak perlu ada perkaitan diantara kategori. Tidak perlu aturan atau ruangan
Contoh 1 = lelaki, 2 = perempuan (tidak ada 1.5 atau pengukuran lain di antaranya).
Contoh lain: umur, pekerjaan tetap dan bangsa
Skala Ordinal
Skala yang memberikan nilai pemeringkatan atau penurunan
contoh:
angka 1- sangat tidak setuju
2- kurang setuju
3- sederhana setuju
4- setuju
5- sangat setuju
Skala Interval
Data yang mempunyai ciri pemeringkatan dengan perbezaan bagi setiap unit sela yang sama nilai.
Contoh:
perbezaan suhu antara 35 darjah selsius dengan 25 darjah selsius adalah sama dengan perbezaan suhu 15 darjah selsius dan 5 darjah selsius iaitu sebanyak 10 darjah selsius. Skala ini tidak mempunyai nilai yang mutlak kerana ia disandarkan kepada jarak antara suatu nilai dengan nilai yang lain.
Skala Nisbah
Skala paling mudah dan berkuasa kerana ia mempunyai titik sifar asal yang unik (bukan titik rambang yang asal). Ia mengumpulkan semua sifat diantara semua skala.
Contoh :
Orang yang mempunyai berat 80 kg adalah 2 kali lebih berat dari orang yang mempunyai berat 40 kg. Mengganda atau membahagikan kedua-dua nombor ini dengan sebarang nombor diberi akan memberikan nisbah 2:1
Pengukuran
Pengukuran di bilik darjah dibuat melalui tiga bentuk iaitu:
i. Pemerhatian
ii. Lisan
iii. Penulisan
Pentaksiran
Pentaksiran satu proses mendapatkan malumat dan seterusnya membuat penghakiman serta pertimbangan tentang produk sesuatu proses pendidikan.
Konteks pendidikan : pentaksiran merupakan satu episod dalam proses pembelajaran yang merangkumi aktiviti menghurai, mengumpul, merekod, memberi skor dan menginterpretasi maklumat tentang pembelajaran seorang pelajar bagi sesuatu tujuan. Untuk mendapatkan gambaran tentang prestasi pembelajaran seseorang dalam sesuatu subjek atau aktiviti pembelajaran dijalankan secara berterusan
Pentaksiran dalam bilik darjah terbhagi kepada tiga iaitu:
i. pentaksiran untuk pembelajaran (assessment for learning)
ii. pentaksiran sebagai pembelajaran (assessment as learning)
iii. pentaksiran kepada pembelajaran (assessment of learning) .
pentaksiran untuk pembelajaran (assessment for learning)
¡ proses pembelajaran berterusan
¡ dijalankan untuk memastikan setiap pelajar atau murid memahami dan dapat menterjemahkan kehendak tugasan
¡ supaya guru boleh menentukan apa yang boleh dibantu dalam meningkatkan prestasi pelajar dan murid.
¡ Pelajar dan murid akan belajar secara bersendirian dengan cara dan kehendak mereka sendiri.
pentaksiran sebagai pembelajaran (assessment as learning)
¡ proses membentuk dan menyokong metakognisi (iaitu memikir atau mencari jawapan kepada pemikiran sendiri) pelajar dan murid
¡ memberi tumpuan atau memberi fokus terhadap peranan pelajar atau murid sebagai penguhubung yang kritikal diantara pentaksiran dan pembelajaran Pelajar dan murid akan belajar secara bersendirian dengan cara dan kehendak mereka sendiri.
¡ pelajar berupaya mengesan informasi dan maklumat, menghubungkaitkan informasi dan maklumat kepada pengetahuan berkaitan dan mengunakannya untuk tujuan pembelajaran. Ini adalah sesuatu proses pengawalan dalam meta-kognisi (meta-cognition).
¡ Ianya berlaku apabila pelajar atau murid memantau pembelajaran kendiri dan mengunakan maklumbalas yang diperolehi untuk membuat pembetulan, penyesuaian, dan mungkin juga pertukaran dan perubahan dalam apa yang mereka fahami.
pentaksiran kepada pembelajaran (assessment of learning) .
¡ berbentuk sumatif (summative) secara semulajadi dan digunakan untuk memastikan apa yang diketahui dan apa yang pelajar dan murid boleh lakukan,
¡ mendemonstrasikan samada mereka berjaya mendapatkan atau memahami kehendak hasilan kurikulum serta kebiasaannya,
¡ menunjukkan bagaimana mereka ditempatkan atau diletakkan dan dihubungkaitkan dengan yang lain

Thursday, March 3, 2011

Penilaian Dalam Pendidikan Islam


PENGENALAN

Pengujian, pengukuran dan penilaian adalah antara beberapa konsep penting dalam dunia pendidikan. Sering kali istilah ini bertukar ganti digunakan. Misalnya, sesetengah guru apabila mengedarkan kertas ujian, mereka mungkin mengatakan mereka mengukur prestasi pelajar atau menilai prestasi pelajar dalam sesebuah bilik darjah tanpa mengambil hirau maksud sebenar atau maksud khusus yang mendukung istilah berkenaan. Akan tetapi secara khususnya, ketiga-tiga istilah berkenaan mempunyai makna yang lebih spesifik dan ketiga-tiganya mempunyai perbezaan.
Dalam dunia pendidikan, penilaian yang sistematik ialah dengan mengambil kira semua faktor yang boleh mempengaruhi maklumat atau dapatan yang diperolehi supaya dapat membantu guru dalam membuat sebarang keputusan yang tepat. Dan apa yang ingin diterangkan secara ringkas di bawah ini ialah tentang tujuan-tujuan pengujian dan penilaian itu sendiri.
DEFINISI
Antara ketiga-tiga istilah (pengujian, pengukuran dan penilaian) berkenaan, pengujian selalunya dianggap mendukung maksud yang lebih sempit atau khusus.
Pengujian
Menurut Cronbach (1970), ujian ialah satu prosedur yang sistematik untuk memerhati perlakuan atau tingkah laku seseorang individu dan menghuraikan dengan bantuan skala bernombor, atau satu sistem yang berkategori. Misalnya, skala bernombor seperti angka 30/100 untuk ujian penglihatan, 100 untuk ujian darjah kecerdasan (IQ Test) dan 80/100 bagi ujian pencapaian bagi sesuatu mata pelajaran seperti Sains. Manakala contoh sistem berkategori pula seperti ‘ekstrovert’ atau ‘introvert’ bagi ujian personaliti, atau rabun warna bagi ujian penglihatan.
Kepentingan pengujian bagi mengukur perubahan tingkah laku pelajar seperti yang dinyatakan di atas, dikukuhkan oleh Milagros (1981) seperti yang dipetik dalam Raminah Haji Sabran (1991) yang menegaskan bahawa:
“Ujian adalah suatu cara untuk mendapatkan contohan perlakuan yang diperlihatkan oleh murid di dalam keadaan yang dikawal atau ditentukan. Maklumat yang diperolehi daripadanya akan dijadikan dasar untuk membuat penilaian atau pengadilan. (Raminah 1991:2)”
Hasil daripada jawapan yang diberikan yang diberikan oleh pelajar, satu ukuran yang disebut sebagai markah akan diberikan kepada individu berkenaan. Pengujian menjelaskan keadaan berapa baguskah prestasi murid yang diuji.
Secara ringkas Pengujian ialah : Satu prosedur yang sistematik bagi mengukur perubahan tingkah laku. Tujuan ialah menentukan pencapaian murid dalam sesuatu pembelajaran. Boleh dalam bentuk pemerhatian, ujian lisan mahupun bertulis.
Penilaian
Penilaian adalah suatu istilah yang boleh didefinisikan dengan banyak cara, Stufflebeam et al. (1971:xxv) menyatakan penilaian sebagai “the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Definisi ini menjangkau melepasi daripada maksud pengujian dan pengukuran.
Gay (1985) berpendapat bahawa penilaian ialah satu proses yang dianggap sistematik semasa mengumpul dan menganalisis data bagi menentukan sama ada sesuatu objektif yang telah ditetapkan itu telah tercapai. Hal ini seterusnya bagi membolehkan guru dapat membuat pertimbangan atau keputusan yang tepat berhubung pengajaran dan pembelajaran.
Dalam sesuatu bilik darjah, apabila guru memberikan ujian, adakah guru berkenaan mengukur pencapaian pelajar atau guru menilai pencapaian pelajar. Dalam keadaan ini kita boleh mengatakan bahawa guru sebenarnya mengukur pencapaian pelajar melalui ujian yang dijalankan. Dalam sesetengah keadaan penilaian dibuat tanpa sebarang pengukuran yang melibatkan ujian terlebih dahulu; tetapi hanya melibatkan pertimbangan nilai semata-mata.
Secara ringkasnya Penilaian ialah : Satu proses membuat pertimbangan dalam mentafsir hasil pengukuran. Bertujuan memberikan maklumat tentang pencapaian murid, objektif pelajaran, kaedah mengajar dan kurikulum.
Kesimpulannya, dasar penting bagi pencapaian pengajaran dan pembelajaran yang berkesan adalah melalui langkah-langkah pengujian, pengukuran dan penilaian yang tepat dan berkesan dijalankan oleh guru di bilik darjah. Justeru, kecekapan guru dalam membangunkan instrumen pengujian dan penilaian amat penting malah sama pentingnya dengan penguasaan guru terhadap kurikulum yang diajar bagi menjamin keberkesanan pengajaran dan pembelajaran.
TUJUAN-TUJUAN PENGUJIAN DAN PENILAIAN
Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang tepat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri. Selain itu tujuan-tujuan lainnya ialah :
  1. Sebagai penggerak / motivasi
Ujian juga memainkan peranan sebagai penggerak bagi murid-murid. Dengan adanya ujian, murid-murid cenderung untuk memberi perhatian kapada pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sebahagian besar murid akan hanya mula mengulang kaji bahan-bahan pelajaran lampau apabila diberitahu akan diadakan ujian. Begitu juga keadaan murid-murid di kelas yang akan menempuh peperiksaan mendesak mereka belajar bersungguh-sungguh untuk lulus peperiksaan. Pengujian yang berdasarkan objektif-objektif pendidikan dapat memaksa guru dan murid berusaha mencapai terhadap objektif-objektif itu.
Juga memberi kesedaran kepada kanak-kanak bahawa manusia perlu hidup dalam keadaan berharmoni dengan alam sekitarnya dan membina serta memupuk kemahiran murid-murid untuk menyelesaikan masalah yang berbangkit dari semasa ke semasa.
setereusnya untuk merangsangkan murid supaya terus memperbaiki pembelajarannya melalui tunjuk ajar dan bimbingan guru secara berterusan di bawah aktiviti PKBS (penilaian kemajuan berasaskan sekolah).
  1. Sebagai alat mencari punca kelemahan
Pengujian diagnostik dapat mengesan punca kelemahan murid dalam pembelajaran. Maklumat pengujian ini membolehkan guru menyediakan program pemulihan.
Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pembelajaran murid supaya tindakan susulan yang sesuai dapat dijalankan untuk membantu mereka mengatasi kelemahan yang telah dikenal pasti. Dan seterusnya untuk memperbaiki pembelajaran murid dengan mengubahsuai aktiviti pengajaran dan pembelajaran berasaskan maklumat yang deperolehi dari PKBS.
Ianya juga dapat mengenalpasti kelemahan dan kekuatan kurikulum, dan seterusnya mengubahsuainya mengikut maklumat dan objektif yang ditentukan.
  1. Bagi mendapatkan maklumbalas (feedback)
Meninjau setakat mana objektif pelajaran telah dicapai oleh murid. Menentukan kemajuan dan pencapaian murid dalam pembelajaran. Memahami daya penyerapan murid dalam pembelajaran. Memberi penjelasan kepada guru sama ada pengajarannya berkesan atau tidak. Memberi gambaran kepada guru supaya mengambil tindakan untuk memperbaiki pengajaran selanjutnya.
Pengujian dan penilaian yang dijalankan oleh guru dalam bilik darjah akan dapat memberikan maklum balas kepada guru berhubung tahap penguasaan pelajar terhadap sesuatu kemahiran yang telah disentuh dalam bilik darjah serta meninjau masalah yang timbul dalam sesi pengajaran pembelajaran yang berlangsung. Dengan itu guru dapat mengenal pasti tahap kemajuan seseorang murid dalam bilik darjah tersebut sama ada pada tahap yang sangat memuaskan, sederhana, lemah atau tidak ada sebarang kemajuan langsung. Daripada penilaian yang dijalankan juga guru dapat mengenal pasti murid yang cergas, yang memerlukan aktiviti pengayaan dan murid yang lemah yang memerlukan aktiviti pengayaan. Guru juga akan membuat keputusan sama ada untuk mengubah strategi pengajaran agar lebih bersesuaian dengan keperluan murid atau mengulang menggunakan strategi sama dan sebagainya.
Bagi murid-murid pula, hasil ujian mungkin merupakan suatu perangsang bagi mereka sekiranya keputusan yang diterima adalah baik. Prestasi mereka yang baik seterusnya akan mendorong mereka belajar dengan lebih tekun lagi. Sebaliknya, keputusan yang kurang baik mungkin akan mencabar murid berkenaan untuk berusaha dengan lebih kuat. Setengah-setengah ibu bapa, setelah mendapat maklum balas tentang hasil ujian anak-anak mereka akan berikhtiar untuk mendapatkan bimbingan tambahan bagi anak-anak mereka.
  1. Menilai prestasi / pencapaian / kemajuan murid-murid.
Proses penilaian dan pengujian yang dijalankan pada peringkat akhir sesi pengajaran dan pembelajaran dapat memberikan maklumat tentang setakat mana penguasaan murid-murid tentang sesuatu kemahiran yang telah diajar. Selain penilaian yang dijalankan pada akhir sesi pengajaran dan pembelajaran, proses penilaian yang dijalankan pada akhir sesuatu tempoh pengajian yang ditetapkan, misalnya pada akhir tahun sesi persekolahan atau kepada pelajar Tahun 6 (PSR), Tingkatan 3 (PMB) dan Tingkatan 5 (‘O’ Level) adalah bertujuan untuk menentukan gred yang memperlihatkan tahap pencapaian secara keseluruhan yang telah murid-murid atau pelajar-pelajar kuasai. Penilaian pada peringkat ini lebih bercorak formal dengan memfokuskan kepada pemberian anugerah atau pengiktirafan (hadiah Brunei shell) kepada pelajar hasil daripada pencapaian yang ditunjukkan oleh mereka dalam peperiksaan.
Hasil penilaian yang dijalankan akan memperlihatkan pencapaian pelajar mengikut gred yang telah ditetapkan sama ada cemerlang, sederhana atau gagal. Guru akan dapat membezakan murid-murid yang cemerlang, sederhana dan lemah berdasarkan keseluruhan prestasi pencapaian yang ditunjukkan dalam peperiksaan yang diduduki.
  1. Untuk mengenalpasti pengetahuan pembelajaran lampau pelajar-pelajar
Penilaian dan pengujian penting bermula sebelum memulakan pengajaran dan pembelajaran. Sebelum guru memulakan pengajarannya dalam bilik darjah, perlu baginya mengadakan penilaian dan menguji murid-muridnya bagi meninjau sejauh manakah murid-muridnya telah menguasai sesuatu kemahiran atau ingin mendapatkan aspek-aspek yang akan dipelajari. Misalnya, seseorang guru Bahasa Melayu yang akan mengajar kepada penutur bukan asli bahasa Melayu, guru perlu mengetahui aspek kemahiran manakah yang telah dikuasai oleh pelajar dari aspek tatabahasa, perbendaharaan kata dan sebagainya. Maklumat ini penting bagi guru membuat keputusan dalam menentukan peringkat yang bersesuaian untuk memulakan pengajaran.
Penilaian dan pengujian yang dijalankan sepanjang tempoh pengajaran dan pembelajaran yang berlangsung pula akan memperlihatkan kemajuan pelajar dalam jangka masa tertentu. Pengesanan tahap kemajuan yang berterusan ini akan memungkinkan guru mengetahui masalah yang dihadapi oleh pelajar. Adakah murid mempunyai masalah dalam mempelajari dan menguasai sesuatu kemahiran yang telah diajar sebelumnya di dalam bilik darjah? Sekiranya menghadapi masalah, guru akan menyelidiki aspek atau kemahiran yang menimbulkan masalah kepada murid-murid dan mengenal pasti punca masalah tersebut berlaku.
Maklumat berkenaan amat perlu kepada guru bagi menyediakan latihan yang khusus atau pemerhatian yang lebih kepada murid-murid berkenaan supaya masalah yang dihadapi dapat diatasi, seterusnya guru akan merancang isi pelajaran serta menggunakan pendekatan atau kaedah yang sejajar dengan pengetahuan sedia ada murid. Dengan cara ini aktiviti serta isi pelajaran yang disediakan dapat menampung keperluan murid berkenaan.. Tanpa penilaian dan pengujian yang dijalankan, murid-murid yang menghadapi masalah sukar dibantu dan akibatnya mereka akan terus ketinggalan dari arus perdana persekolahan.
  1. Bagi pensijilan atau pengkelasan
Murid-murid di peringkat PSR, PMB dan peringkat ‘O’ akan menerima sijil-sijil yang berkenaan setelah lulus peperiksaan-peperiksaan tersebut. Dalam situasi sekolah, adalah jelas satu lagi peranan pengujian ialah untuk pensijilan. Gred-gred pada sijil-sijil tersebut bergantung kepada pencapaian murid-murid dalam peperiksaan tersebut.
Selain daripada sekolah, ujian-ujian yang dijalankan dimaktab, politeknik dan universiti juga memainkan peranan pensijilan. Para pelajar serta siswa-siswi akan dianugerahkan diploma atau ijazah kerana telah lulus ujian-ujian tertentu. Diploma dan ijazah juga merupakan satu bentuk sijil yang diberi sijil kepada mereka yang berjaya dalam peperiksaan mengikut prestasinya.
7. Bagi membuat ramalan
Untuk meramalkan kejayaan murid pada masa akan dating atau sebagai alat prediksi. Penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi bagaimana kerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai.
Ujian seperti ini biasanya dijalankan oleh pihak berkuasa semasa memilih calon-calon bagi sesuatu kursus atau latihan atau ujian yang bertujuan membuat ramalan seperti Ujian Kelayakan Latihan Perguruan, ujian yang dijalankan oleh pihak politeknik setempat, ujian kelayakan yang dijalankan oleh Jabatan Penerbangan Awam untuk memilih para jurutera (penerbangan) pelatih, ujian yang dijalankan oleh Angkatan Tentera semasa memilih para pelatih juruteknik dan sebagainya.
Di dalam bilik darjah, guru mungkin menjalankan ujian prognostik untuk membuat ramalan tentang kecenderungan dan kebolehan murid.Contoh dari penilaian ini adalah ujian bakat skolastik atau ujian potensi akademik. Hasil daripada ujian prognostik akan digunakan oleh guru dalam perancangan kaedah, bahan-bahan pengajaran dan alat-alat bantu mengajar.
  1. Bagi membuat klasifikasi
Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membezakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Kerana itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment), prestasi yang paling baik dikumpulkan dalam Kumpulan A, prestasi yang sederhana baik dalam Kumpulan B dan Kumpulan C dan yang lemah dalam Kumpulan D atau untuk memilih dan menempatkan pelajar mengikut aliran tertentu misalnya, keputusan pelajar yang cemerlang dalam mata pelajaran sains memungkinkan ditempatkan dalam aliran sains atau mengikut kecenderungan seseorang murid berkenaan.. Pengumpulan seperti ini akan membantu guru menjalankan aktiviti-aktiviti pengayaan dan pemulihan.
Oleh itu guru boleh menggunakan kriteria kebolehan untuk membahagikan murid-murid mengikut prestasi masing-masing.
  1. Pemilihan
Keputusan penilaian sering digunakan sebagai asas dan panduan untuk memilih murid-murid ke jurusan-jurusan pendidikan yang sesuai dan sebagai asas untuk murid memilih pekerjaan kelak mengikut jurusan pendidikan yang telah dipilihnya atau mengikut kepandaiannya.
Juga sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.
Di samping itu, guru juga dapat menentukan adakah semua murid dapat dipilih serta dikelompokkan dalam satu kumpulan yang besar berasaskan tahap penguasaan yang berbeza atau di kelompokan dalam kumpulan yang sama. Dalam suasana penguasaan yang berbeza, wajar bagi guru menempatkan murid mengikut tahap penguasaan masing-masing dan menumpukan pengajaran mengikut keperluan murid yang berbeza-beza. Keadaan ini menunjukkan tujuan penilaian dan pengujian yang dijalankan adalah untuk memilih dan menempatkan pelajar mengikut tahap penguasaan sesuatu kemahiran.
  1. Penyelidikan
Dalam satu-satu penyelidikan, maklumat diperlukan daripada berbagai-bagai sumber. Dalam penyelidikan yang berkaitan dengan pendidikan, maklumat dapat diperoleh dari ujian, pemerhatian, penggunaan soal selidik, biografi dan sebagainya. Keputusan pelbagai jenis ujian seperti ujian tara, ujian kepantasan, ujian daya dan ujian perlakuan sentiasa digunakan oleh para penyelidik dalam menjalankan kajian-kajian mereka.
KESIMPULAN
Dari tujuan penilaian yang telah disenaraikan tadi, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam penilaian.
Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja (performance), penugasan (projek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian bertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung mahupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.


Bibliografi
Ø Abdul Rahim Abdul Rashid, Abdul Aziz Abdul Talib, Abdul Ghafar Md.Din & Mohamad Haron. (1992). Panduan Latihan Mengajar. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka.
Ø Ee Ah Meng. Pedagogi III. 1998. Shah Alam : Penerbit Fajar Bakti.
Ø Fred Percival, Henry Ellington. 1994. Penterjemah Noran Fauziah Yaacub. Buku Penduan : Teknologi Pendidikan. Selangor Darul Ehsan : Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka.
Ø Lee Shok Mee. (1990). Pedagogi 4 (A) : Pengujian Dan Penilaian Dalam Pendidikan. Kuala Lumpur : Kumpulan Budiman Sdn.Bhd.
Ø Mok Soon Sang. (1997). Pedagogi Dan Penilaian, Pemulihan, Pengayaan Dan Pendidikan Inklusif. Kuala Lumpur : Kumpulan Budiman Sdn.Bhd.
Ø Mok Soon Sang Dan Lee Shok Mee. (1988). Latihan Mengajar : Untuk Maktab Perguruan. Kuala Lumpur : Kumpulan Budiman Sdn.Bhd.
Ø Raminah Hj Sabran. (1991). Penilaian dan pengujian Bahasa Malaysia: Penerapannya pada peringkat sekolah rendah. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

IKLAN